Komentar |
| IG: manadopositif |
Menjadi saksi ketulusan seorang pemimpin yang tak hanya memimpin dengan kewenangan, tetapi juga dengan nurani. Di tengah hiruk pikuk Bandara Sam Ratulangi Manado, Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus Komaling (YSK), hadir langsung melepas jemaah haji Provinsi Sulut yang akan berangkat ke Tanah Suci. Tak sekadar seremonial, YSK berdiri di barisan depan, menyalami satu per satu calon tamu Allah, menyisipkan doa dan semangat. Ada ketulusan dalam setiap ucapan, ada kasih dalam setiap tatapan. Beginilah pemimpin yang bukan hanya mengatur, tapi ikut mendoakan.
Namun, hari itu juga, di Bandara Cargo VIP, langkah YSK berpindah ke tempat yang lebih sunyi—lebih pilu. Ia hadir dalam penjemputan jenazah tenaga kerja asal Sulut yang meninggal dunia di Kamboja.
Dengan kepala tertunduk, ia menyambut peti jenazah dengan hormat, menyentuh duka keluarga korban dengan kehadiran yang benar-benar manusiawi. Tanpa sorotan berlebihan, YSK menunjukkan bahwa menangisi rakyatnya bukanlah kelemahan, tapi kekuatan dari seorang pemimpin yang berhati besar.
Dalam satu hari, dua momen yang begitu kontras menggambarkan satu hal: YSK adalah pemimpin yang mampu hadir dalam suka dan duka rakyatnya. Mengantar doa ke langit dan mendampingi duka di bumi itulah wajah asli dari seorang pemimpin berjiwa pelayan.
Sulawesi Utara hari ini tidak hanya punya Gubernur, tapi sosok ayah, saudara, dan sahabat bagi seluruh rakyatnya.
Dan di setiap langkah YSK, kita melihat harapan bahwa kepemimpinan yang penuh cinta dan kepedulian masih nyata. (MP)